PERADABAN KUNO ASSYRIA
Assyria (Syriak)
dalam masa sejarah terawal dirujuk kepada kawasan pada sungai Tigris atas,
dinamakan untuk ibu kotanya, bandar purba Assur. Kemudian, sebagai bangsa dan Empayar, ia
juga datang untuk memasukkan secara kasarnya bahagian separuh utara Mesopotamia
(bahagian separuh selatan menjadi Babylonia).
Ibu kotanya adalah Nineveh.
Raja-raja Assyria mengawal kerajaan besar pada tiga
berlainan masa dalam sejarah. Ini adalah dipanggil Kuno, Pertengahan, dan
kerajaan Neo-Assyria, atau tempoh. Yang paling berkuasa dan bangsa
paling-dikenali dari tempoh ini adalah kerajaan Neo-Assyria, 911-612 SM.
Tanahair Assyria terletak pada kawasan pergunungan,
melangkaui sepanjang Tigris sejauh banjaran gunung Gordiaean tinggi atau
banjaran gunung Carchudian dari Armenia, kadangkala dipanggil "Pergunungan Ashur".
Orang Assyria telah mencipta penggalian untuk melemahkan
dinding kota, pelantak pukulan untuk meruntuhkan dinding dan pagar, konsep dari
kor jurutera, yang menjambatankan sungai dengan pontun atau membekalkan askar
dengan kulit pengembang untuk berenang.
Ketika
Babilonia menguasai bagian selatan Mesopotamia, bangsa Assyria yang senang
berperang menguasai bagian utara kawasan itu. Kerajaan Assyria berpusat di hulu
Sungai Tigris.
Raja
Adadnirari I, sebagai penguasa kuat pertama negeri ini (1770-1750 SM),
memperluas wilayah Assyria dan mendapat gelar ‘Raja atas Segalanya’. Ia dan
para penggantinya adalah dictator yang tidak membiarkan negara lain merdeka.
Assyria menjadi kaya berkat kagiatan para keluarga pedagang yang menjual
tekstil dan logam ke berbagai negeri.
Runtuh dan
Jaya Kembali
Tahun-tahun Penting
|
|
2500
SM
|
Bangsa
Assyria bermukim di hulu Sungai Tigris
|
1900
SM
|
Pertumbuhan
Assyria Tua
|
1680
SM
|
Assyria
jatuh ke tangan bangsa Hur (hingga 1400 SM)
|
1300-1200
SM
|
Assyria
memperluas wilayahnya
|
1076
SM
|
Assyria
jatuh ke tangan bangsa Aram (hingga 934 SM)
|
730-630
SM
|
Perluasan
wilayah Assyria mencapai puncaknya
|
612
SM
|
Assyria
jatuh ke tangan bangsa Babilonia dan Medes
|
Saat
wilayah Assyria bertambah luas, semakin banyak pemberontakan rakyat di wilayah
jajahan. Akhirnya, Assyria jatuh ke tangan bangsa Hur (kerabat bangsa Hittit).
Bangsa Hur menguasai Assyria selama 250 tahun. Walaupun kekuasaannya sempat
menurun, Assyria menjadi kuat kembali. Periode kejayaan Assyria berlangsung
selama 300 tahun. Assyria mencapai puncak keemasan di bawah Raja Tiglathpileser
I. Raja ini memimpin penaklukan atas negara-negara tetangga setiap tahun.
Assyria kemudian menguasai seluruh kawasan itu, termasuk menaklukan Babilonia.
Kemakmuran
Assyria
Sekitar
tahun 1076 SM, Assyria dan Babilonia ditaklukan oleh suku Aram dari Suriah. Namun,
150 tahun kemudian, Ashurdan II dan para penggantinya menguasai kembali
kekaisaran Assyria. Ibukotanya kemudian dipindahkan ke Niniweh, tempat
dibangunnya banyak gedung dan proyek irigasi. Para raja Assyria memperluas
wilayah untuk menguasai semua jalur perdagangan dan menindas negara tetangga
yang membuat masalah. Kekaisaran Assyria mencapai puncak kejayaan di bawah
pemerintahan Raja Tiglathpileser III (745-727 SM) yang wilayah kekuasaannya
meliputi Babilonia, Suriah, Palestina, Siprus, Arabia bagian utara, dan Mesir.
Raja
Assyria merupakan penguasa absolut yang terlibat aktif dalam semua masalah
kenegaraan. Di istana Assurbanipal yang megah, raja mendengarkan keluhan dari
rakyat sambil dikelilingi oleh para penasehat. Istana raja sangat besar, dengan
taman yang luas. Sebagai pelindung kesenian, raja menulis banyak catatan
sejarah Babilonia dan Sumeria, serta berbagai teks matematika, ilmu kimia, dan
astronomi.
Kehidupan
Bangsa Assyria
Bangsa
Assyria adalah ilmuwan hebat. Mereka membangun berbagai kota megah dengan
banyak kuil dan istana. Kaum pria mengenakan jubah panjang dan berjanggut. Kaum
wanita mengenakan gaun berlengan pendek dengan selendang sebahu. Banyak pria
menjual istri dan anak sebagai budak untuk membayar utang.
Kejatuhan
Assyria
Penguasa
terakhir dan terbesar di Assyria adalah Raja Assurbanipal. Ia merupakan raja
terpelajar. Selama pemerintahannya, sebuah perpustakaan besar di ibukota
Niniweh dibangun. Berbagai catatan kuno Sumeria dan Akadia dilestarikan dalam
lembaran tanah liat, bersama dengan sejumlah catatan mengenai kesusastraan,
sejarah, matematika, dan astronomi dari zaman kuno. Saat Assurbanipal wafat
pada tahun 627 SM, kekaisaran Assyria jatuh ke tangan bangsa Babilonia dan
Medes
Ø Kehidupan Agama
Assyria
memiliki dua agama sepanjang sejarah mereka
yaitu Ashurisme dan
Kekristenan. Ashurisme adalah agama pertama dari Assyria. Kata Asyur dalam bentuk Latin, berasal dari nama Ashur,
dewa Asyur. Assyria terus mengembangkan agama Ashurisme sampai 256 Masehi, meskipun pada saat itu, sebagian besar Asyur telah
menerima kekristenan. Memang, Assyria adalah bangsa pertama yang menerima
Kristen, dan Gereja Assyriaa didirikan pada 33 Masehi oleh Thomas, Bortholemew dan Tadeus.
Ø Kehidupan Ekonomi
Sudah mengenal perdagangan dengan sistem barter dan
berupaya menemukan penggunaan uang sebagai cara untuk mengatasi kelemahan
sistem barter. Mereka pada umumnya berdagang hasil pertanian, pakaian, dan
keramik. Dan telah perluasan hubungan dagang dengan bangsa lain termasuk dengan
masyarakat dari mesir kuno. Dalam hal ini sekali lagi didukung oleh peran utama
dari Sungai Eufrat dan Tigris selain sebagai irigasi, penghasil sumber daya
pangan dan air minum juga sebagai sarana transportasi.
Ø Kehidupan Sosial
Ø Kehidupan Politik
Bangsa
Assyria termasuk rumpun bangsa Semit. Mereka membangun kota Asshur dan Niniveh.
Kota Niniveh yang terletak di tepi sungai Tigris dijadikan ibukota.
Pemerintahan
bangsa Assyria bercorak militer. Bangsa Assyria digelari sebagai bangsa Roma
dari Asia. Munculnya gelar tersebut karena seperti bangsa Romawi, bangsa
Assyria merupakan penakluk daerah-daerah di sekitarnya sehingga berhasil
membentuk imperium yang besar. Wilayah Assyria membentang dari teluk Persia
sampai Laut Tengah. Mereka sangat ditakuti oleh bangsa lain karna pasukan infantri,
kavaleri dan tentara dengan kereta perangnya sangat kuat.
Wilayah
kerajaan dibagi menjadi beberapa propinsi dan setiap propinsi diperintah oleh
gubernur yang bertanggungjawab kepada Raja. Untuk memperlancar hubungan antara
ibukota dan daerah maka dibangunlah jalan raya yang bagus.
Ø Kehidupan Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar